MUDAHKANLAH URUSAN ORANG LAIN

Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).

Apabila kita mengetahui bahawa sebenarnya kita mampu berbuat sesuatu untuk menolong kesulitan orang lain, maka segeralah lakukan, segeralah beri pertolongan. Terlebih lagi bila orang itu telah memintanya kepada kita. Kerana pertolongan yang kita berikan, akan sangat berarti bagi orang yang sedang kesulitan. Cubalah bayangkan, bagaimana rasanya apabila kita berada di posisi orang yang meminta pertolongan pada kita, Dan sungguh Allah SWT sangat mencintai orang yang mahu memberikan kebahagiaan kepada orang lain dan menghapuskan kesulitan orang lain.

Berikut beberapa hadits yang menerangkan tentang keutamaan menolong dan meringankan beban orang lain:

Pada suatu hari Rasululah SAW ditanya oleh sahabat beliau : “Ya Rasulallah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah dan apakah perbuatan yang paling dicintai oleh Allah ? Rasulullah SAW menjawab : “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling banyak bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain; sedangkan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kepada orang lain atau menghapuskan kesusahan orang lain, atau melunasi hutang orang yang tidak mampu untuk membayarnya, atau memberi makan kepada mereka yang sedang kelaparan dan jika seseorang itu berjalan untuk menolong orang yang sedang kesusahan itu lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjidku ini selama satu bulan ” ( Hadits riwayat Thabrani ).

Setiap gerakan pertolongan merupakan nilai pahala ” Siapa yang menolong saudaranya yang lain maka Allah akan menuliskan baginya tujuh kebaikan bagi setiap langkah yang dilakukannya ” (HR. Thabrani ).

Memberikan bantuan juga dapat menolak bala, sebagaimana dinyatakan ” Sedekah itu dapat menolak tujuh puluh pintu bala ” (HR Thabrani ).

Pertolongan Allah kepada seseorang juga tergantung dengan pertolongan yang dilakukannya antara manusia. “Sesungguhnya Allah akan menolong seorang hamba-Nya selama hamba itu menolong orang yang lain“. (Hadits muslim, abu daud dan tirmidzi)

Lebih hebat lagi, membantu orang yang susah lebih baik daripada ibadah umrah, sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih berikut ini: ”Siapa yang berjalan menolong orang yang susah maka Allah akan menurunkan baginya tujuh puluh lima ribu malaikat yang selalu mendoakannya dan dia akan tetap berada dalam rahmat Allah selama dia menolong orang tersebut dan jika telah selesai melakukan pertolongan tersebut, maka Allah akan tuliskan baginya pahala haji dan umrah dan sesiapa yang mengunjungi orang yang sakit maka Allah akan melindunginya dengan tujuh puluh lima ribu malaikat dan tidaklah dia mengangkat kakinya melainkan akan dituliskan Allah baginya satu kebaikan, dan tidaklah dia meletakkan tapak kakinya untuk berjalan melainkan Allah angkatkan daripadanya, Allah akan ampunkan baginya satu kesalahan dan tinggikan kedudukannya satu derajat sampai dia duduk disamping orang sakit, dan dia akan tetap mendapat rahmat sampai dia kembali ke rumahnya ” (HR Thabrani ).

Memberikan bantuan juga dapat memadamkan kemarahan Tuhan, perhatikan hadits berikut ini: “Sesungguhnya sedekah yang sembunyi-sembunyi akan memadamkan kemarahan Allah, dan setiap perbuatan baik akan mencegah keburukan dan silaturrahmi itu akan menambah umur dan menghilangkan kefaqiran dan itu lebih baik daripada membaca laa haula wa laa quwwata illaa billah padahal dengan membacanya saja akan mendapat perbendaharaan syurga dan dengan berbuat baik itu juga dapat menyembuhkan penyakit dan menghilangkan kegelisahan ” (HR. Thabrani ).

Menolong orang lain juga dapat mengampuni dosa. “Siapa yang berjalan untuk membantu saudaranya sesama muslim maka Allah akan menuliskan baginya suatu kebaikan dari tiap langkah kakinya sampai dia pulang dari menolong orang tersebut. Jika dia telah selesai dari menolong saudaranya tersebut, maka dia telah keluar dari segala dosa-dosanya bagaikan dia dilahirkan oleh ibunya, dan jika dia ditimpa kecelakaan (akibat menolong orang tersebut) maka dia akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab ” (HR. Abu Ya’la ).

Allah SWT akan memberikan pelayan syurga kepada orang yang menolong meringankan beban hidup orang lain. Perhatikan hadits berikut ini: ” Sesiapa yang bersikap ramah kepada orang lain dan meringankan beban hidupnya baik sedikit maupun banyak maka kewajiban bagi Allah untuk memberikan kepadanya pelayan dengan pelayan syurga ” (HR Thabrani ).

Orang yang menolong orang yang sakit laksana berada dalam taman syurga, seperti dinyatakan oleh hadits: “Siapa yang mengunjungi seseorang yang lain maka dia mendapatkan rahmat Allah dan siapa yang mengunjungi orang yang sakit maka dia seperti berada di dalam taman-taman (raudhah) syurga ” (HR Thabrani ).

Membantu orang lain juga merupakan ibadah solat dan sedekah, sebagaimana dalam hadtis disebutkan :” Amar Makruf dan mencegah kemungkaran yang kamu lakukan adalah solat. Menolong orang yang susah juga merupakan solat. Perbuatan menyingkirkan sampah dari jalan juga solat dan setiap langkah yang engkau lakukan menuju tempat solat juga merupakan solat ” (HR. Ibnu Khuzaimah ).

Setelah kita mengetahui keutamaan membantu dan meringankan kesulitan orang lain, masih enggankah kita memberikan bantuan dan meringankan kesulitan orang lain? Terlebih lagi bila orang yang kesulitan, telah meminta langsung pertolongan kepada kita, pantaskah kita sebagai orang beriman mengabaikan permintaan pertolongan yang dimohonkan? Padahal kita mempunyai kemampuan dan kesanggupan untuk membantunya.

Apakah kita akan mengabaikan kesempatan berbuat amal kebaikan dan menghilangkan kesempatan menjadi hamba yang dicintai Allah kerana keengganan kita membantu saudara semuslim yang sedang kesulitan dan meminta pertolongan dari kita? Apa yang membuat kita menjadi enggan memberikan pertolongan, bukankah semua, segala sesuatu yang kita miliki sebenarnya dari Allah, lalu mengapa saat Allah mengirimkan hamba-Nya yang kesulitan datang pada kita, kita berpaling dan tidak menghiraukan?

Kita harus ingat, bahawa kita ini berada dalam pengawasan Allah, jiwa, harta dan segala sesuatu yang kita miliki berada dalam genggaman-Nya. Sebaiknya kita selalu mengusahakan agar dalam hidup, kita tidak mengundang murka dan azab Allah. Bila ada orang datang memohonkan suatu bantuan, mungkin saja Allah SWT sedang menguji kita melalui orang tersebut.

Perhatikan sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini:
Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman di hari kiamat,” Wahai anak Adam, dulu Aku sakit tetapi engkau tidak menjenguk-Ku.” Manusia bertanya,” Tuhanku, bagaimana kami dapat menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta?”

Tuhan menjawab,” Tidak tahukah engkau bahawa si fulan sakit, tetapi engkau tidak menjenguknya? Tidak tahukah engkau jika engkau menjenguknya, engkau pasti dapati Aku ada di sisinya.”
Tuhan berfirman lagi,” Wahai anak Adam, dulu Aku minta makan kepada engkau tetapi engkau tidak memberi Aku makan.”

Manusia bertanya,” Tuhanku, bagaimanakah aku dapat memberi-Mu makan sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta?”

Tuhan menjawab,” Tidak tahukah engkau bahawa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu dan engkau tidak memberinya makan? Tidak tahukah engkau bahawa jika engkau memberinya makan, engkau pasti dapati ganjarannya ada di sisi-Ku.”

Tuhan befirman,” Wahai anak Adam, dulu Aku minta minum kepadamu dan engkau tidak memberi-Ku minum.”

Manusia bertanya,” Tuhanku, bagaimanakah aku dapat memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta?”

Tuhan berfirman,” Hamba-Ku fulan meminta minum padamu dan engkau tidak memberinya minum. Apakah engkau tidak tahu bahawa seandainya engkau berikan ia minum engkau pasti dapati ganjarannya ada di sisi-Ku.” ( HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)

Perhatikan hadits Rasulullah SAW di atas dengan seksama, Allah SWT bersama orang-orang yang menderita, kepiluan hati mereka adalah kepiluan Tuhan. Rintihan mereka pada manusia adalah suara Tuhan. Tangan mereka yang menadah adalah tangan Tuhan. Ketika seseorang memberikan derma kepada fakir miskin atau seseorang memberikan bantuan atas kesulitan orang lain, sebelum sedekah dan sebelum pertolongan tersebut sampai di tangan orang yang membutuhkan, tangan Tuhanlah yang pertama-tama menerimanya.

Namun kadang ada dari kita yang masih lebih ”mempercayai apa yang ada ditangan kita, timbang apa yang ada ditangan Allah.” Hingga kadang seseorang merasa sangat sulit sekali untuk boleh memberikan suatu bantuan pertolongan betapapun sebenarnya ia mampu. Ini mungkin kerana orang itu lebih memikirkan kedepannya nanti bagaimana, kalau ia memberikan pertolongan. Ini yang disebut dengan ”lebih mempercayai apa yang ada ditangannya sendiri, timbang apa yang ada ditangan Allah” padahal seluruh hidupnya, jiwa raganya, ada ditangan Allah. Tapi dia masih lebih mempercayai apa yang ada ditangannya, timbang apa yang ada ditangan Allah. Orang ini masih lebih mempercayai akal pikiran /logik nya.

Padahal Allah SWT lah Yang Maha Menggenggam segala sesuatu, Allah SWT lah Yang Maha Lebih mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi nantinya, seperti, apa yang akan terjadi bila ia memberikan pertolongan dan apa yang akan terjadi bila ia tidak memberikan pertolongan, yang sebenarnya ia mampu untuk menolong.

Allah SWT Maha Memudahkan, Maha Menyulitkan, Maha Menyaksikan, Maha Mengatur segalanya. Maha Meninggikan, Maha merendahkan. Allah SWT lah yang Maha Kuasa Memberikan apa saja kepada siapapun yang dikendaki-Nya dan menarik atau mengambil apa saja, dari siapapun yang dikendaki-Nya. Kekuasaan Allah SWT tidak terbatas dan tidak terhingga.

Kerana itu, bila ada seseorang yang datang atau menghubungi kita meminta suatu pertolongan dan kita mengetahui bahawa kita mampu memberikan pertolongan yang diminta, maka segeralah berikan pertolongan.

Sebaiknya kita menjadi seorang hamba yang benar-benar boleh”mempercayai apa yang ada ditangan Allah, timbang apa yang ada ditangan kita sendiri”. Dan sebaiknya kita benar-benar boleh menjadi hamba Allah yang lebih mempercayai Ilmu Pengetahuan Allah yang Maha Meliputi segala sesuatu, timbang akal pikiran/logik kita yang sangat terbatas, agar kita tidak ragu terhadap segala kemungkinan yang terjadi bila kita memberikan bantuan pertolongan terhadap seseorang.

Sedarilah segera, bahawa semua, seluruh hidup kita ini, berada dalam genggaman-Nya, Allah yang Menggenggam segala sesuatu, Mengatur segala sesuatu. Jangan sampai akal pikiran kita yang terbatas serta kecemasan kita memikirkan ”bagaimana atau apa yang akan terjadi pada kita, kedepannya nanti bila kita memberikan pertolongan” membuat kita menjadi hamba Allah yang tidak peduli dan enggan memberikan pertolongan walau sebenarnya kita mampu.

Janganlah mengundang kesulitan dalam hidup kita, jangan mempersempit urusan kita, dan jangan mengundang azab dan murka Allah. Tapi undanglah kemudahan, kelapangan urusan, cinta, kasih sayang dan pertolongan dari Allah, dengan memberikan bantuan, pertolongan kepada orang yang memerlukannya.

Menjadi Hamba Allah Yang Bertanggungjawab

ISLAM adalah satu agama yang komprehensif dan moderate. Islam menggalakkan umatnya bekerja untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. Setiap individu Islam mempunyai peranan dan tanggungjawab tertentu tanpa mengira jawatan dan latar belakang. Antara tanggungjawab yang perlu dilaksanakan oleh umat Islam adalah:

* Pertama, tanggung jawab terhadap Allah.

Setiap individu Islam wajib mematuhi dan melaksanakan hukum-hakam dan perundangan Allah dalam setiap aspek kehidup­an. Manusia sebagai hamba Allah oleh itu hanya Allah sahaja yang layak disembah selaku Pencipta makhluk dan alam semesta. Sebagai hamba Allah manusia wajib mematuhi segala perintah-Nya secara ikhlas. Firman-Nya dalam Surah 98 (al-Bayyinah) ayat 5 bermaksud: “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyem­bah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Menunjukkan sikap tanggungjawab kepada Allah satu amalan yang paling menguntungkan manusia. Allah tidak memerlukan sebarang jasa perkhidmat­an manusia untuk-Nya. Perkara ini dijelaskan oleh Imam Ja’far Shadiq seperti berikut; “Sesungguhnya Allah SWT tidak menciptakan hamba-Nya dengan sia-sia, dan tidak membiarkannya tanpa guna, melainkan Dia menciptakan mereka untuk menampakkan kekuasaan-Nya, dan untuk membebani mereka dengan kewajipan ketaatan kepada-Nya, supaya dengan itu mereka layak mendapat keredaan-Nya. Allah Swt tidak menciptakan hamba-Nya dengan tujuan mendapat manfaat daripada mereka atau untuk menolak bahaya dengan perantaraan mereka, melainkan Dia menciptakan mereka dengan tujuan supaya mereka mendapat manfaat dan menyampaikan mereka kepada kenikmatan abadi.”

* Kedua, tanggungjawab terhadap diri sendiri.

Setiap individu wajib memenuhi kewajipannya sendiri bagi membentuk keperibadian Islam yang sejati. Iman yang dimiliki bersifat naik turun atau dalam istilah Islam disebut sebagai yazidu wa yanqushu (kadang-kadang bertambah atau kuat dan kadang-kadang kurang atau lemah).

Kecuaian dalam mengimbangi keimanan kadang-kadang boleh menyebabkan umat Islam lalai dan leka dalam kehidupan mereka sehingga sanggup melakukan sesuatu yang merugikan kehidup­an mereka di dunia dan di akhirat.

Allah menyeru umat Islam supaya merenung dan meneliti setiap pergerakan kehidupan di dunia ini bertepatan dengan konsep dan prinsip ajaran Islam. Kejahilan dalam aspek ini boleh menyebabkan umat Islam berte­rusan melakukan kesalahan dan dosa yang perlu dipertanggungjawabkan di depan Allah di hari akhirat.

* Ketiga, tanggungjawab terhadap keluarga.

Wajib bertanggungjawab terhadap keluarga berkaitan de­ngan kewibawaan, kesejahteraan, keselamatan, pendidikan dan kehidupan. Tanggungjawab terhadap keluarga juga sebahagian daripada tanggungjawab diri kerana memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga.

Allah menyebut dalam al-Quran perkataan quu anfusakum wa ahlikum naara (peliharalah dirimu dan keluargamu daripada api neraka). Perkara ini dinyatakan oleh Allah dalam Surah 66 (At-Tahrim) ayat 6 yang bermaksud; “Hai orang-orang yang beriman peliharalah diri mu dan keluarga mu daripada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Hubungan anak dan ibu bapa adalah satu kewajipan dalam tanggungjawab kekeluargaan. Ibu bapa adalah individu yang perlu diutamakan dalam kehidupan anak-anak. Keberkatan kehidupan anak-anak bergantung kepada keredaan ibu bapa. Menghormati dan mengambil berat hal ehwal ibu bapa adalah satu kewajipan yang utama dalam sistem kehidupan kekeluargaan umat Islam.

Islam menggalakkan umatnya supaya memelihara hubungan kekeluargaan dan bantu-membantu antara satu sama lain sebagai ahli keluarga sendiri. Ini konsep kehidupan yang perlu dilaksanakan oleh masyarakat Islam. Rasulullah SAW memperi­ngati umat Islam dengan sabdanya yang bermaksud; “Aku berpesan kepada umatku baik yang hadir mahupun yang tidak hadir, mahupun yang kini mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah atau rahim ibu mereka hingga hari kiamat, hendaklah mereka menjalin silaturahim dengan sanak-saudara dan kerabat mereka, karena silaturahim merupakan sebahagian dari agama.”

Rasulullah SAW orang yang paling baik dengan ahli keluar­ganya. Perkara ini dijelaskan oleh baginda dengan sabdanya yang bermaksud; “Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang paling baik terhadap keluarga, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku.”

* Keempat, tanggungjawab terhadap masyarakat.

Setiap individu memerlukan bantuan di antara satu sama lain sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk bersosial. Umat Islam digalakkan supaya tolong-menolong sesama manusia tanpa mengira agama dan bangsa. Konsep kehidupan kemasyarakatan dalam Islam adalah berbentuk universal di mana setiap kebaikan dan keindahan dikongsi bersama dengan makhluk Allah.

Perkara ini dijelaskan oleh Rasulullah SAW dengan maksud­nya; “Seluruh makhluk adalah keluarga Allah. Maka sebaik-baik­nya makhluk di sisi Allah adalah orang yang paling banyak memberi manfaat kepada keluarga Allah dan membahagiakan mereka.” Sabda baginda lagi; “Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi manusia.”

Berdasarkan kepada penjelas­an di atas maka setiap individu Islam perlu membentuk dirinya menjadi orang yang bertanggungjawab dan diberkati oleh Allah.

Jangan jadi ejen syaitan

SEMUA sedia maklum Ummul Mukminin Aishah binti Abu Bakar r.a. pernah difitnah oleh golongan munafik Madinah. Fitnah ini berlanjutan selama hampir sebulan dan meresahkan keluarga Rasulullah SAW. Ia seperti ombak ganas yang merempuh tanpa belas kasihan.

Ketika keadaan semakin meruncing, Allah menurunkan ayat daripada surah al-Nur yang membersihkan nama Aishah dan Safwan bin Mu’attal r.a. secara mutlak. Apa yang lebih penting di sebalik kisah ini ialah etika dan panduan menguruskan maklumat yang diterima.

Maha Suci Allah Tuhan Yang Maha Bijaksana, walaupun panduan ini turunnya kira-kira 1,400 tahun dahulu, prinsipnya merentas zaman. Bahkan panduan ini sungguh relevan dengan zaman kita. Berikut adalah “empat panduan” yang diresepikan Allah daripada kisah tersebut:

1. Berbaik sangka terhadap sebarang berita “busuk” yang diterima.

“Sepatutnya semasa kamu mendengar tuduhan itu, orang yang beriman – lelaki dan perempuan, menaruh baik sangka kepada diri (orang) mereka sendiri. Dan berkata: “Ini ialah tuduhan dusta yang nyata,” (an-Nur :12 ).

Dalam firman lain, Allah menegaskan sangkaan adalah lubuk dosa yang sangat bahaya:

“Wahai orang yang beriman! jauhilah kebanyakan daripada sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian daripada sangkaan itu adalah dosa,” (al-Hujurat :12 ).

2. Selidik dan pastikan mempunyai bukti sah menurut agama dan bebas daripada kemungkinan ciptaan tangan jahat manusia yang mahir berdusta menggunakan pelbagai teknologi moden. Tanpa bukti yang sah, kita sepatutnya mengabaikan sebarang tuduhan.

“Sepatutnya mereka (yang menuduh) membawa empat orang saksi membuktikan tuduhan itu. Oleh kerana mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka mereka itu pada sisi hukum Allah, adalah orang yang dusta,” (an-Nur :13 ).

3. Timbang dengan neraca agama dan akal, adakah ia perlu disebarkan jika terbukti benar sekalipun. Jika melibatkan aib saudara Muslim kita usah sebar. Bukan semua yang benar boleh disebarkan. Usah bertindak seperti sang malaikat pencatat dosa yang tugasnya melihat keburukan orang lain. Fikir dulu dosa sendiri yang belum tentu mampu ditanggung sebelum sibuk menilai orang lain.

Lihat penegasan Allah dalam ayat ini:

“Dan sepatutnya semasa kamu mendengarnya, kamu segera berkata: “Tidaklah layak bagi kami memperkata hal ini! Maha Suci Engkau (Ya Allah daripada mencemarkan nama baik ahli rumah Rasulullah)! Ini adalah satu dusta besar yang mengejutkan,” (an-Nur :16).

4. Jangan jadi ejen syaitan merosakkan keharmonian masyarakat dengan menyebarkan berita aib tanpa keperluan mendesak. Dalam kisah fitnah Aishah r.a., Allah menegur keras umat Islam agar tidak bersekongkol mengikut jejak langkah syaitan:

“Wahai orang yang beriman, janganlah kamu menurut jejak langkah syaitan (dalam penyebaran berita palsu); dan sesiapa yang menurut jejak langkah syaitan maka sesungguhnya syaitan itu sentiasa menyuruh (pengikutnya) melakukan perkara keji dan perbuatan mungkar.

“Dan kalaulah tidak kerana limpah kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu, nescaya tiada seorang pun antara kamu menjadi bersih daripada dosanya selama-lamanya; akan tetapi Allah membersihkan sesiapa yang dikehendaki-Nya (menurut peraturan-Nya); dan (ingatlah Allah Maha Mendengar) lagi Maha Mengetahui,” (an-Nur :21 ).

Hujung ayat (ayat 21) sangat jelas menyatakan pematuhan kepada panduan al-Quran akan menyelamat kita semua daripada dosa di atas.

Kisah fitnah Aishah r.a. memang perit untuk dibayangkan, tapi hikmahnya sangat besar. Allah langsung menurunkan ayat membersihkan nama beliau dan memberi panduan kepada umat Islam sehingga kiamat agar selamat daripada fitnah ini.

Anggota Badan Buktikan Kebenaran Atas Amalan Dunia

APABILA berada di alam barzakh, kita akan mula menjalani kehidupan alam malakut yang sama sekali berbeza suasananya daripada alam dunia. Manusia akan dibahagikan kepada dua kumpulan iaitu golongan orang soleh yang rohnya berada di tempat mulia dan satu lagi orang talih (sesat) di tempat yang keji.

Tetapi keadaan pada Hari Kiamat lebih menggerunkan dan menggemparkan kerana tidak akan ada seorang manusia pun terlepas daripada dihisab ketika berada di padang Mahsyar. Riwayat daripada Abu Hurairah, menceritakan pernah pada suatu ketika Rasulullah SAW ditanya oleh sahabat, “Ya Rasulullah, bolehkah pada hari akhirat nanti kita melihat wajah Allah SWT? Baginda menjawab: Pernahkah kamu melihat matahari dengan jelas pada waktu siang, dalam keadaan yang cerah dan tidak berawan. Atau pernahkah kamu melihat bulan pada malam hari di dalam keadaan yang terang, cerah dan tidak berawan? Lalu dijawab oleh sahabat bahawa mereka dapat melihatnya. Kemudian Rasulullah berkata: Kamu akan dapat melihat wajah Allah di hari akhirat nanti seperti mana kamu dapat melihat matahari dan bulan itu, setelah kamu dihitung dan dihisab setiap amalan pada hari kiamat nanti.”

Saksi buktikan kebenaran

Baginda kemudian menceritakan, dibawa seorang hamba di padang Mahsyar di hadapan khalayak orang ramai dan ditanya oleh Allah: “Tidakkah Aku telah memberikan pendengaran kepada kamu dahulu, penglihatan, harta dan anak kepada kamu? Bukankah telah Aku permudahkan haiwan ternakan dan ladang pertanian dalam hidup kamu? Bukankah Aku telah memudahkan bagi kamu dengan menjadikan dalam kalangan kamu pemerintah, dan satu perempat daripada hasil ternakan dan pertanian diambil oleh pemerintah? Adakah kamu tidak pernah berfikir bahawa kamu akan menemui Aku pada hari ini? Dijawab oleh hamba itu: Tidak ya Allah, kerana ketika hidup di dunia dahulu, aku terlalu sibuk dan tidak terfikir akan adanya hari di padang Mahsyar.

Lalu Allah SWT berfirman: Hari ini Aku tidak akan mempedulikan kamu sebagaimana kamu tidak mengingati Aku. Kemudian dibawakan hamba yang kedua, disoal oleh Allah SWT perkara sama dan hamba itu menjawab: Tidak ya Allah, kerana ketika hidup di dunia dahulu aku terlalu sibuk dengan pelbagai urusan.”

Perkara itu berulang kepada hamba lain di hadapan Allah SWT sehingga tiba giliran seorang hamba yang disoal oleh Allah SWT, dia menjawab: “Ya Allah, ketika hidup di dunia dahulu, aku adalah seorang yang beriman dengan kitab-Mu dan Rasul-Mu. Aku mendirikan solat, bersedekah dan berpuasa, kemudian aku melakukan kebaikan semampuku. Kemudian Allah SWT berkata: Sekarang Aku bawakan saksi untuk membuktikan kebenaran kata-katamu. Hamba itu bertanya siapakah yang akan menjadikan saksi kepada dirinya? Lalu Allah SWT menutup mulut hamba itu, dan memerintahkan seluruh anggota tubuh hamba itu untuk bercakap dan menceritakan amalan yang pernah dilakukannya dahulu.

Begitulah keadaan yang akan dilalui manusia seperti dijelaskan Ustaz Ahmad Dusuki Abdul Rani dalam slot Mau’izati di IKIMfm. Beliau kemudian menerangkan firman Allah SWT dalam surah al-Zukhruf, ayat 45 yang bermaksud: “Dan bertanyalah kepada umat mana-mana Rasul yang Kami telah utuskan sebelummu; pernahkah Kami memberi hukum menetapkan sebarang tuhan untuk disembah, selain Allah Yang Maha Pemurah.”

Di padang Mahsyar nanti Allah SWT akan bertanya sama ada betul atau tidak seseorang itu beriman kepada-Nya dengan membuktikannya di hadapan Allah SWT. Rasulullah SAW juga sering mengingatkan supaya sentiasa bersedia menghadapi hari kita akan disoal apa yang dilakukan ketika hidup di dunia.

Empat perkara dihisab

Malah, telapak kaki anak Adam ini tidak akan tergerak di padang Mahsyar sehingga selesai disoal oleh Allah SWT mengenai empat perkara iaitu ke mana manusia menghabiskan umurnya, bagaimana menggunakan tubuh badan dan jasad sehingga hari tua. Ketiga, adakah mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dan keempat mengenai harta benda dari mana sumbernya dan ke manakah ia dibelanjakan.

Ulama berpendapat Hari Kiamat juga dikenali sebagai hari penyaksian ditafsirkan kepada tiga iaitu kesaksian Rasulullah SAW terhadap amalan umatnya, penyaksian alam sama ada bumi, langit dan segala berada di dalamnya serta penyaksian anggota badan manusia terhadap semua yang dilakukannya

Nikmat lepasi ujian Padang Mahsyar

UKURAN kejayaan hidup manusia tidak dinilai di dunia tetapi Allah SWT jadikan ukuran nilai sama ada berjaya atau tidak ketika berada di Padang Mahsyar nanti.

Diceritakan oleh al-Muhasibi dalam kitabnya Al-Tawahum wal Ahwal, Allah SWT akan mengumpulkan seluruh manusia dan jin di Padang Mahsyar dalam keadaan hina dan tidak ada seorang pun yang bangun berpakaian. Mereka yang dahulunya mempunyai kedudukan, darjat dan pangkat juga akan menjadi rendah serta hina kerana ia bukan lagi menjadi keutamaan pada ketika itu. Orang jahat datang dengan keadaan tunduk kepalanya dan penuh ketakutan, malah syaitan juga dibawa dalam keadaan sama di Padang Mahsyar nanti.

Bintang di langit jatuh bertaburan, cahaya matahari dan bulan menjadi pudar seketika, suasana menjadi mendung serta gelap. Langit berputar-putar di atas kepala selama 500 tahun menyebabkan manusia berada dalam kebingungan. Kemudian langit akan terbelah dan bunyinya didengari semua makhluk di Padang Mahsyar.

Firman Allah SWT yang bermaksud: “Pada hari langit menjadi seperti tembaga cair dan gunung-ganang pula menjadi seperti bulu (yang berterbangan).” (Surah al-Maarij, ayat 8-9)

Hamba soleh diasingkan Abu Hamid dalam kitab Kasyful Ulum al-Akhirah menceritakan, jika semua makhluk itu sudah dikumpulkan di Padang Mahsyar, Allah SWT mula memerintahkan malaikat di langit dunia (langit pertama) untuk memindahkan hamba-Nya yang soleh ke bumi lain. Kemudian dipindahkan manusia dan jin yang soleh, termasuklah binatang serta burung ke bumi kedua, tanahnya berwarna putih daripada perak bercahaya.

Selepas itu malaikat berjumlah 10 kali ganda daripada jumlah keseluruhan makhluk membuat barisan di sempadan antara bumi pertama dan kedua. Seterusnya, Allah SWT memerintahkan malaikat di langit kedua hingga ketujuh turun ke bumi, membuat barisan mengepung seluruh makhluk yang ada dan tidak seorang pun mampu lari menembusi kepungan malaikat itu. Bumi menjadi sangat padat dan makhluk bersesakan, himpit-menghimpit antara satu sama lain selain berpeluh kepanasan dalam keadaan yang merimaskan.

Ustaz Ahmad Dusuki Abdul Rani dalam slot Mau’izati di IKIMfm menyambung perkongsian, pada ketika itu masing-masing dicengkam perasaan takut dan penuh debaran kerana matahari berada sangat dekat di atas kepala sehingga boleh disentuh hanya dengan mengangkat tangan mereka. Mereka akan berasa sangat haus, tetapi hamba Allah SWT yang soleh akan mendapat minuman diberikan oleh anak syurga yang soleh.

Di Padang Mahsyar nanti akan kelihatan awan bergerak di atas kepala, menaungi mereka yang sentiasa bersedekah ketika di dunia dahulu selama 1000 tahun. Kemudian kedengaran tiupan sangkakala yang memberi isyarat turunnya Arash Allah SWT yang dibawa oleh lapan malaikat, diiringi ribuan malaikat menyebabkan seluruh makhluk menggigil ketakutan.

Minta bantuan Nabi

Di Padang Mahsyar manusia berada dalam kebingungan dan pada ketika itu mereka mula mencari Nabi Adam tetapi Baginda tidak berani melakukan apa-apa dan meminta berjumpa Nabi Nuh, namun Baginda juga tidak dapat membantu. Begitu juga Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan nabi lain. Sehinggalah akhirnya umat manusia berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. Baginda sujud sambil menangis dan berkata: “Semua nabi sudah menggunakan doa mustajab mereka ketika di dunia dahulu, kecuali diriku.”

Walaupun sudah mengetahui hasrat Rasulullah SAW, Allah SWT menghantar malaikat untuk bertanya kepada kekasih-Nya kenapa Baginda menangis. Rasulullah SAW memohon supaya umat manusia diadili kerana mereka sudah terlalu lama menunggu di Padang Mahsyar. Selepas itu barulah Allah SWT menggerakkan Arasy dan umat manusia mula diadili.

Konspirasi Pokémon

Pokémon terkenal selepas diambil alih oleh Nitendo dengan menghasilkan game, kad, dan tayangan TV Pokémon di tahun 1996. Baru-baru ini telah dibuatkan game Pokémon berasaskan smartpone, oleh John Hanke, dan lihatlah bagaimana permainan ini menjadi trend, dimana sangat banyak media yang memberitakannya . Ada yang pro ada yang kontra.Kenyataannya sudah banyak berita yang menampilakan kemalangan, tersesat, rompakan, bahkan ketagihan dari game ini.

Permainan ini sendiri merupakan game yang diterima dari filem Pokémon yang terkenal di tahun 1996. Banyak yang mendakwa game ini mempunyai kekuatan magik, tetapi banyak juga yang mendakwa game ini menyihatkan sebab membuat penggunanya aktif bergerak.

Iluminati

Pendapat ekstrim datang dari seorang Pendeta di Amerika yang bernama Rick Wiles, yang mengatakan bahawa permainan ini berbahaya untuk tahap kerohanian. Ia mengatkan bahawa "Saya percaya hal ini adalah magnet dari kekuatan iblis. Semua watak-watak dalam Pokémon Go seperti Iblis di dunia nyata. "Sementara itu, gereja-gereja Inggeris dan Amerika pun telah didorong bahawa permainan ini akan menimbulkan bahaya yang lebih serius lagi.

Di dunia maya juga beredar perbualan antara pembuat karakter Pokémon, iaitu Satoshi Tajiri dengan majalah TIME. Secara ringkasnya, pencipta Permainan tersebut mengakut bahawa permainannya adalah permainan satanis dan mengajarkan seseorang untuk memberontak.

Karakter Pokemon

Tetapi apakah kita akan berhenti di sini? Saya percaya bahawa Tuhan telah memberikan kita hikmat untuk meneliti segala sesuatu. Orang-orang Kristian seharusnya tidak bertindak atas dasar pendapat orang, entah yang pro atau yang kontra, tetapi berdasarkan prinsip-prinsip Al kitab yang ia imani. Saudara juga boleh mencari maklumat dari laman-laman Kristian untuk mengetahui lebih banyak. Salah satu yang muncul di dunia maya adalah tulisan dari seorang penginjil Anak bernama Ev. Anne Kartawijaya, M.Div, yang tulisannya di Publish dalam sabda.org.

Ia menjelaskan bahawa filem Pokémon menggunakan teknik-teknik ghaib seperti hipnotis, telekinesis, teleportasi, dan sebagainya. Ditekankan juga bahawa yang kuat dalam filem Pokémon adalah agama Sinto, yang notabene nilai-nilainya bertentangan dengan Al kitab. Yang menarik adalah ada beberapa kes yang diangkat berkaitan Pokémon seperti kutipan berikut:

Harian Kompas tarikh 18 dan 23 Disember 1997 serta 28 November 1999 mengisytiharkan bahawa kartun pokemon membawa banyak kesan buruk. Sebanyak 11.870 anak, sebahagian besar murid SD, mengalami gejala "television epilepsy" (mual, sakit kepala di sekitar mata, kaku, kejang kelojotan, dan kehilangan selera makan), 200 kanak-kanak terpaksa dirawat di rumah sakit. Diduga hal ini terjadi akibat korban melihat sinar merah kuat yang dipancarkan sebanyak 650 kali selama lima saat oleh Pikachu sehingga mengganggu saraf kanak-kanak.

Selain itu, California Selatan dan Texas pernah dilanda histeria massa kerana para ibu bapa 'dipaksa' berpindah-pindah dari satu restoran ke restoran Burger King lain hanya untuk dapat menghentikan rengekan tangis anak demi sebuah boneka pokemon! Philadelphia, Quebec dan North Carolina harus pula berhadapan dengan jenayah kanak-kanak akibat "demam Pokémon" yang memakan korban fizikal dan jiwa.

Apa itu Pokémon?

Pokémon berasal dari 2 kata Jepun iaitu, "Poketto" dan "Monsut", yang lebih di kenal dengan Pocket Monster. Di dalam kepercayaan Paganisme, terdapat 4 unsur utama iaitu bumi, angin, air dan api, yang semuanya itu ditemui dalam Pokémon. Senada dengan itu, seorang ahli falsafah bernama C.G. Jung mengatakan bahawa tenaga ilmu sihir dan ilmu-ilmu evolusi serta tenaga-tenaga diatas dapat membuat seseorang mencapai pencerahan spiritual dan kejayaan.

Sebuah Blog begitu jelas menjelaskan figur dari tiap watak dari filem Pokémon yang jelas-jelas mengajarkan nilai-nilah hidup yang buruk, seperti hedonisme, hipnotis, kekuatan fikiran, individualisme, kekuatan syaitan, dan masih banyak lagi. (Ini sumbernya).

Doris Wagner, isteri dari Peter Wagner yang pelayannya dalam bidang okultisme pernah berkata bahawa Pokémon merupakan satu dari sekian banyak hal yang membimbangkan, disamping Holloween, Harry Potter dan Serail TV Buffy. Rang Undang-undang Schnoebelen sebagai seorang ahli okultisme juga mengatakan bahawa pemain Pokémon terlibat dalam segala macam kegiatan yang akan dianggap sangat okultisme bila dilakukan dalam kehidupan nyata.

Pokémon memang sangat lucu dan menarik, tetap juga halus akan ghaib dan dapat mempengaruhi orang-orang muda, terutama anak-anak yang gampang diikat dan diperbudak oleh game-game seperti ini.

Bukah hanya Pokémon, tetapi sebenarnya banyak sekali game, tanyangan TV, muzik, yang secara terbuka dan jelas mengajarkan prinsip-prisnsip yang bertentangan dengan Al kitab, seperti LGBT, okultisme, Ego Sentris, Anarkis, sombong, dll. Dan jangan hairan bila ke depannya makin banyak hal seperti ini muncul secara terbuka.

Tidak ada salahnya bersenang-senang dengan imaginasi, tepi jika terdapat spirit yang buruk hendaklah kita waspada.

Doa Moga Dibinakan Rumah Di Dalam Syurga

Doa Mohon Rezeki dan Ilmu

Hadis Perumpamaan Orang Yang Membaca Al-Quran

Halwa Telinga